Iswanto dan Claudio Abbado

Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto SSTP MM. (Foto: Dok. Ist)

TIGA pekan terakhir adalah hari hari bahagia kaum akar rumput level Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Aceh Besar, khususnya usaha kaum tani/nelayan dan para perajin. Ibarat sebuah pertandingan liga sepakbola, mereka merengkuh tridente atau triple winner (tiga piala) dalam tiga pekan terakhir.

Dimulai dari tanggal 30 Mei 2023 malam di gedung Jantho Sport City (JSC) dalam acara penutupan Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) yang diikuti sedikitnya 17 Kabupaten/Kota se-Aceh. Kala itu Aceh Besar sebagai tuan rumah meraih status juara terbanyak, yaitu dari kategori TTG Unggulan, Pos Yantek hingga Gampong Terbaik Aceh, baik itu juara pertama maupun juara dua dan tiga setiap kategori.

Bacaan Lainnya

Trek prestasi itu terus berlanjut hingga pada penutupan Penas dan TTG di Padang, 15 Juni 2023 lalu. Aceh Besar selaku jawara TTG Aceh, menjadi bagian penting dari sukses Aceh meraih stand terbaik atau jawara nasional di Penas 2023 Padang. Tradisi juara kala menjadi peserta dan bukan tuan rumah adalah hal yang paling spesial.

Terakhir, Sabtu (17/06/2023) petang kemarin, para duta perajin Aceh Besar yang dipimpin Ketua Dekranasda Aceh Besar, Cut Rezky Handayani SIP MM, meraup status jawara terbanyak atau juara umum di arena Pameran Kerajinan Unggulan di Taman Pala Indah Kota Tapaktuan. Lagi lagi ini diraih saat menjadi peserta, bukan tuan rumah.

Jauh sebelum itu, tepatnya awal Maret 2023, duta Dekranasda Aceh Besar berhasil mendulang prestasi gemilang dalam ajang promosi kreasi kerajinan di Jakarta Internasional Handicraft atau Inacraft ke-23, di Jakarta Convention “Alhamdulillah, kali ini kita meraih sukses di ajang Inacraft ke-23, dengan meraih beberapa katagori juara. Semua ini berkat kerja keras tanpa mengenal lelah dari semua yang terlibat dalam kafilah Dekranas Aceh Besar di event ini,” kata Pj Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto SSTP MM kala itu.

Aceh Besar sendiri meraih dua status jawara di Inacraft, juara 2 Natural Fyber dengan produk katheng box dari 185 produk dengan katagori anyaman. Selain itu juara  2 stand terbaik kategori BUMN/Group/Pemerintah. Dan juga masuk  6 Nominasi Fashion Show dan satu-satunya tampil dengan tema busana muslim.

Kunci sukses itu tak lepas dari tangan dingin Muhammad Iswanto dalam memenej dan mensupport setiap kafilah atau duta Aceh Besar ke semua event. Selain tentunya memberi kepercayaan penuh staf atau OPD penanggungjawab untuk terus berkreasi dan berinovasi.

Bagi seorang Iswanto, keberhasilan itu juga buah dari persiapan matang yang dilakukan sejak jauh hari. Fokus dan terukur. Fokus waktu, limit serta terus on target. Tentu saja target untuk terus menjadi yang terbaik. Hasilnya, kini produk TTG Aceh Besar dikenal secara nasional. Kuliner Aceh Rayeuk makin berkibar, mulai dari sie reuboh hingga cagruk, di luar tradisi kuah beulangong dan ayam tangkap yang makin go nasional.

Di sisi lain, perajin bili, songket, bordir hingga fesyen Aceh Besar kini mulai mendapat tempat promosi hingga hotel berbintang di Jakarta. Sebuah fenomena ekonomi menjanjikan untuk nyak nyak UMKM kerajinan di level grassroot.

Sementara untuk mendongkrak ekonomi rakyat, melawan laju inflasi dan memperkuat ketahanan pangan, Iswanto sejak lama menggagas beberapa hal, pasar murah, menambah pupuk subsidi, menggelontorkan Pasar Murah Gas 3 kilogram, serta penambahan kuota solar nelayan. Dua hal terakhir yang selama ini dianggap sebagai mimpi oleh petani dan nelayan, karena memang seperti tak ada yang peduli.

Iswanto kini memang sedang menggerakkan sebuah lokomotif dengan tenaga lebih, seorang anak muda. Bagai seorang masinis, ia membawa Aceh Besar melaju bak kereta api tercepat dunia Shanghai Maglev yang melintas dari Shanghai menuju Beijing yang berjarak 1000 km lebih hanya dalam tempo dua jam. Walau terengah, gerbong lokomotif harus mengikuti komando masinis untuk terus melaju mulus.

Suami dari Cut Rezky Handayani itu bergerak nyaris tanpa jeda atau libur. Bahkan dalam kondisi cuaca menyengat 35 derajat celcius, Minggu (18/06/2023) hari ini, ia bergerak bersama jajaran TNI AU dan pihak terkait lainnya, membersihkan sampah di lintas menuju Lanud Sultan Iskandar Muda, dalam aksi Satu Jam Memungut Sampah, yang memang telah empat bulan digagas dan dijalankannya.

Ibarat seorang dirijen atau konductor, Iswanto adalah Claudio Abbado yang memimpin salah satu orchestra terbaik dunia, London Symphony Orchestra. Yang bergerak ritmik sesuai lagu yang dimainkan, apakah itu gubahan komposer Johan Sebastian Bach atau Ludwig van Beethoven.

Hanya satu tujuan, mengayuh biduk Aceh Besar demi yang terbaik untuk rakyatnya. Sempurna kaah….?? Jelas tidak, karena kata sempurna hanyalah hak Allah, bukan hamba!!!

Pos terkait