ANALOGI.ID | BANDA ACEH – Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Ir Mawardi, membuka Workshop Perumusan Kelembagaan Sekolah Lapang untuk Mendukung Kewirausahaan Tani dan Pengembangan Pertanian Regeneratif, Sebagai Upaya Mewujudkan Resiliensi Kelompok Tani di Aceh. di Hotel Grand Arabia, Selasa (8/8/2023).
Tampak hadir Pimpinan dan Jajaran Earthworm Foundation (EF) atau Yayasan Hutan Tropis, Perwakilan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Perwakilan Dinas Penddidikan Acrh, Para Kepala SMK di Aceh, dan Ketua dan Anggota Kelompok tani/petani.
Mawardi dalam sambutanya menyampaikan usaha di bidang pertanian dan perkebunan masih menjadi aktivitas perekonomian yang paling mendominasi di Aceh. Di mana sektor ini menempati urutan pertama pada kontribusinya bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh, yakni lebih dari 30 persen.
“Sebab itu, dalam program pembangunan di daerah kita, sektor Pertanian dan Perkebunan mendapat perhatian utama, demi mewujudkan Aceh sebagai salah satu lumbung pangan nasional,” kata Mawardi pada pembukaan acara tersebut.
Namun demikian, kata Mawardi, untuk mewujudkan upaya tersebut, perlu adanya peningkatan sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian di Aceh. Dengan begitu pengetahuan dan skill petani akan memberikan dampak pada meningkatnya produktivitas hasil pertanian, yang tentunya akan bermuara pada meningkatnya kesejahteraan petani di Aceh.
Karena itu, pemerintah Aceh mengapresiasi serta menyambut baik pelaksanaan Workshop Perumusan Sekolah Lapang yang diselenggarakan oleh Earthworm Foundation/Yayasan Hutan Tropis ini, karena dinilai strategis dalam upaya meningkatkan SDM di bidang pertanian guna melahirkan generasi-generasi muda Aceh yang mencintai sektor pertanian.
Regenerasi di bidang pertanian ini penting dilakukan, karena generasi muda kekinian mulai meninggalkan profesi ini dan fokus pada bidang lainnya daripada terjun di sektor pertanian, sehingga di takutkan lahan subur yang dimiliki Aceh tidak ada lagi yang mengelolanya. Padahal jika dalam kajian lebih lanjut, sektor pertanian adalah sektor yang senantiasa paling menjanjikan.
Mawardi meyakini, melalui Sekolah Lapangan ini, sektor pertanian ke depan akan bisa dikelola dengan lebih baik, berkat adanya perkembangan di bidang teknologi pertanian dewasa ini, serta melibatkan sektor pendidikan dan ekonomi pertanian, yang merupakan tulang punggung pembangunan di Aceh.
Sektor pendidikan, yang dalam hal ini adalah pendidikan vokasi atau kejuruan, fokus pada pengembangan kapasitas masyarakat dan generasi muda.
Sementara sektor pertanian merupakan pendukung bagi perekonomian dan juga pendapatan daerah. “Tapi di sisi lain, sekolah vokasi bisa mengambil peranan langsung dalam menjalankan tugasnya sekaligus menerapkannya di dunia nyata. Sedangkan perguruan tinggi sebagai sumber riset dan inovasi dapat melengkapi dalam menguji hasil-hasil riset dan inovasinya di lapangan. Dengan menjalin kerja sama dengan berbagai sekolah vokasi, dalam hal ini SMK yang relevan,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan, perguruan tinggi juga dapat mengambil peran penting dalam memberi input strategis dan desain program bagi para pemangku kepentingan yang sesuai dengan kebutuhan lokalitas/daerah, potensi unggulan daerah, dengan menciptakan sekolah lapang.
Oleh karena itu, ia beharap pelaksanaan workshop ini mampu merumuskan isu strategis yang terkait dengan pertanian di Aceh. Selain itu, juga perlu menentukan jenis program atau layanan sekolah lapang di Aceh. Kemudian menetapkan bentuk kelembagaan sekolah lapang di Aceh.
Serta merumuskan mekanisme dan proses pembelajaran sekolah lapang yang relevan dengan konteks Aceh.
Pada kegiatan tersebut, juga dilakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepakatan antara pihak sekolah vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh atas penerapan Sekolah Lapang untuk mendukung kewirausahaan tani dan pengembangan pertanian regeneratif, sebagai wujudkan resiliensi kelompok tani di Aceh, yang disaksikan langsung Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh, Ir. Mawardi. []